Selasa, 03 April 2018

Kindness is Contagious.


Seorang temanku terkena diare, penyakit yang baru seumur hidup kurasakan beberapa bulan lalu. Aku tau rasanya sungguh menyiksa. Seseorang yang terkena diare dipaksa mengeluarkan apapun yang ada di perut. Biarpun sudah tidak ada apa-apa lagi, tetap ia diminta mengeluarkannya. Hingga pada satu titik, ketika perutnya sudah habis dikuras, dia praktis hanya akan mengeluarkan air, air, dan air. Aku  paham betapa ngilunya mengidap diare.
Maka, kuputuskan untuk menjenguk temanku itu. Membawakan beberapa hal yang kurasa bisa membantu menyembuhkan atau setidaknya membuat keadaannya lebih baik. Aku bawakan  yoghurt karena bisa membunuh kuman penyebab diare, minuman isotonik karena membantu mengembalikan cairan yang hilang, dan salak karena kabarnya dia mampu menyumbat keinginan buang air.
Di toko buah, nampak salak yang tersisa tinggal sedikit. Mungkin 1,5 kilo lagi.

“Bu, ini berapaan harga salaknya?”

“7 ribu sekilo neng”

Aku mengambil keresek dan memasukan beberapa buah salak untuk kemudian ditimbang.

“Cuma segini? Ini gak nyampe sekilo neng”, kata si ibu penjual begitu salak-salakku ditimbang.

“iya bu nggakpapa. Ini buat orang sakit kok, jadi nggak perlu banyak-banyak. Jadi berapa bu?”

“3500 neng”

Aku memberikan uang 5000. Setelah menerimanya, si ibu membuka-buka tasnya, tampak mencari-cari sesuatu, sepertinya kembalian.

“oh gausah bu, gausah kembali gakpapa”

“looh neng. Yowis kalogitu sini sini”, si ibu menarik kembali keresek salakku, seluruh salak sisanya diimasukin juga ke dalam keresek salakku. Kini salaknya habis tak bersisa.

“ini, dibawa aja semua gakpapa..”, jelas si ibu.

“loh bu jangan, sayang. Ini lumayan kalo dijual bu..” aku berusaha menolak karena merasa tidak enak.

“wis ndakpapa. Dibawa aja..”

Aku tersenyum dalam hati. Setelah berterimakasih, aku berpamitan pergi.
Benar nyatanya, kebaikan itu menular. Kindness is contagious.