Ia terbangun. Bahkan sebelum
jam kodok berwarna hijau yang terletak di
nakas samping tempat tidurnya membunyikan alarm. Napasnya sedikit tersengal. Walau pendingin ruangan menunjukkan angka ‘17’ dalam satuan derajat selsius, namun ia
masih saja berkeringat dan merasa sesak. Diucapkannya istighfar berulang kali. ‘mimpi buruk apa lagi barusan’, batinnya,
dengan posisi duduk dan tatapan lurus ke depan.
Dia usap mukanya sekali dengan telapak tangan, melirihkan
doa bangun tidur sambil terus merenung, dadanya naik turun.